Mengingatkan Kembali Cita-Cita Kemerdekaan RI
Bandung, INA-INA.
Dr. Cecilia Lauw ketika berpidato pada HUT Kemerdekaan RI Ke 66 |
Civitas Akademika Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) melaksanakan Upacara Bendera dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke 66, Rabu, 17 Agustus 2011, bertempat di kampus UNPAR, Jl. Ciumbuleuit No. 94 Bandung. Pada kesempatan tersebut, Rektor Unpar Dr. Cecilia Lauw bertindak selaku Inspektur Upacara.
Upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI berlangsung khidmat. Pengibaran bendera merah putih dilakukan oleh pasukan pengibar bendera (Paskibra) Unpar dan sukses mengibarkan bendera.
Rektor Unpar, Dr. Cecilia Lauw dalam pidatonya mengatakan sudah 66 tahun Indonesia Merdeka, negeri ini sudah banyak mengalami perubahan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sedemikian maju, kesejahteraan rakyat perlahan tetapi pasti terus meningkat, meskipun belum semua anak bangsa di negeri ini dapat merasakan tingkat kesejahteraan yang didambakan. Kita masih merasa sangat prihatin terhadap terus menerus bermunculannya fakta-fakta baru tentang terjadinya pelanggaran hukum yang dampaknya langsung maupun tidak langsung adalah terganggunya pertumbuhan tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia. Kesedihan lebih tarasa dihati kita apabila kecurangan dan kejahatan justru dilakukan oleh para tokoh yang seharusnya menjadi contoh tauladan perilaku baik bagi rakyat Indonesia.
Setiap tahun kita mendengar dan ikut menyanyikan dengan penuh semangat, lagu yang sungguh indah dan menyentuh lubuk hati, simakalah syairnya, 17 Agustus tahun 45, itulah hari kemerdekaan kita, hari merdeka nusa dan bangsa, hari lahirnya bangsa Indonesia, Merdeka, Merdeka, sekali Merdeka Tetap Merdeka, selama hayat masih dikandung badan, kita akan tetap setia, tetap setia, mempertahankan Indonesia. Lagu yang berjudul Hari Merdeka Ciptaan H. Mutahar tadi, selalu di nyanyikan setiap tanggal 17 Agustus dengan penuh semangat, oleh kepercayaan yang berbeda-beda, berbagai suku adat, pemeluk agama di Indonesia. Setiap tanggal 17 Agustus kita mengingat kembali cita-cita kemerdekaan dan mempertaruhi janji setia untuk mewujudkan kemerdekaan itu secara nyata dalam arti yang sesungguhnya dan sedalam-dalamnya bagi bangsa dan negara Indonesia. Bangsa dan negara yanbg merdeka, masa kini berarti bangsa dan negara yang bebas dalam menyumbang, dan berdiri sama tinggi, sama rendah dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Menurut Rektor Unpar bahwa Bung Karno memaknai kemerdekaan sebagai bebas dari rasa takut, termasuk takut menggunakan hati nurani dalam menjalani hidup, takut mengatakan mana yang benar dan mana yang sudah menurut pendapat pribadi kita masing-masing, proses diskusi guna merangkum pendapat yang berbeda-beda, memang seharusnya diungkapkan dengan cara yang berbudaya bukan dengan kekerasan atau pemaksaan supaya dapat mecapai kesepakatan pendapat. Rasa takut atau rasa tidak bebas dalam menyatakan pendapat akan menyebabkan proses diskusi dalam mencapai kesepakatan mana yang benar dan mana yang salah menjadi terhenti. Akibatnya langsung terasa adalah tiadanya kesatuan dan persatuan yang apabila dibiarkan semakin lama akan makin menggerogoti kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Kesatuan dan persatuan yang dicita-citakan oleh pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia, mari kita merenung sejenak, sebesar apa cinta kita pada bangsa dan tanah air Indonesia. Apakah perbuatan yang kita lakukan sehari-hari guna membuat cinta itu menjadi nyata, yang kita lakukan setiap hari supaya cinta kepada bangsa dan Negara Indonesia tidak merupakan sesuatu yang abstrak lagi.
Cinta harus diwujudkan dengan perbuatan jangan hanya diungkapkan dengan kata-kata, maka mari kita mengungkapkan rasa cinta kepada bangsa dan tanah air Indonesia dalam hidup keseharian kita dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab kita sehari-hari dengan dipandu Sesanti yang ditetapkan oleh para pendiri Unpar Bakuning Hyang Nrih Guna Santyaya Bhakti, Berdasarkan Ketuhanan Menuntut Ilmu Untuk Dibaktikan Kepada Masyarakat, bukan kepada diri kita sendiri.
Maka kepada para pimpinan dan seluruh warga Universitas Katolik Parahyangan Rektor Unpar menyerukan, mari kita membina dan memelihara suasana Akademi Kampus Unpar agar terus meningkat lebih baik dan lebih baik lagi, para dosen dapat terus meningkatkan ilmunya agar mutu ilmu yang akan disalurkannya kepada para mahasiswa pun terus meningkat sesuai dengan tuntutan zaman. Para mahasiswa harus gebyar dengan giat dan sungguh-sungguh agar kelak dapat sukses dimasyarakat bukan hanya sebagai pencari pekerjaan bagi dirinya akan tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja yang dapat menghidupi banyak sesama.
Pada kesempatan tersebut Rektor Unpar memberikan penghargaan khusus bagi LKM Unpar 2010-2011 atas prakarsanya membuat MONUMEN CINTA KAMPUS yang diresmikan pada tanggal 17 Februari 2011 yang lalu. Sebagai bentuk wujud nyata mereka menunjukkan cintanya kepada UNPAR, almaaternya dengan mengingat baik-baik pesan dari para pendiri Unpar yaitu untuk "tidak mabuk perkembangan". Penghargaan juga diberikan kepada karyawan dan mahasiswa/i UNPAR yang berprestasi diantaranya adalah Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UNPAR, Serta Tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala UNPAR (ISSEMU) yang menorehkan prestasi menjadi Seven Summiter pertama di Indonesia. Edwandi
Upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI berlangsung khidmat. Pengibaran bendera merah putih dilakukan oleh pasukan pengibar bendera (Paskibra) Unpar dan sukses mengibarkan bendera.
Rektor Unpar, Dr. Cecilia Lauw dalam pidatonya mengatakan sudah 66 tahun Indonesia Merdeka, negeri ini sudah banyak mengalami perubahan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sedemikian maju, kesejahteraan rakyat perlahan tetapi pasti terus meningkat, meskipun belum semua anak bangsa di negeri ini dapat merasakan tingkat kesejahteraan yang didambakan. Kita masih merasa sangat prihatin terhadap terus menerus bermunculannya fakta-fakta baru tentang terjadinya pelanggaran hukum yang dampaknya langsung maupun tidak langsung adalah terganggunya pertumbuhan tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia. Kesedihan lebih tarasa dihati kita apabila kecurangan dan kejahatan justru dilakukan oleh para tokoh yang seharusnya menjadi contoh tauladan perilaku baik bagi rakyat Indonesia.
Setiap tahun kita mendengar dan ikut menyanyikan dengan penuh semangat, lagu yang sungguh indah dan menyentuh lubuk hati, simakalah syairnya, 17 Agustus tahun 45, itulah hari kemerdekaan kita, hari merdeka nusa dan bangsa, hari lahirnya bangsa Indonesia, Merdeka, Merdeka, sekali Merdeka Tetap Merdeka, selama hayat masih dikandung badan, kita akan tetap setia, tetap setia, mempertahankan Indonesia. Lagu yang berjudul Hari Merdeka Ciptaan H. Mutahar tadi, selalu di nyanyikan setiap tanggal 17 Agustus dengan penuh semangat, oleh kepercayaan yang berbeda-beda, berbagai suku adat, pemeluk agama di Indonesia. Setiap tanggal 17 Agustus kita mengingat kembali cita-cita kemerdekaan dan mempertaruhi janji setia untuk mewujudkan kemerdekaan itu secara nyata dalam arti yang sesungguhnya dan sedalam-dalamnya bagi bangsa dan negara Indonesia. Bangsa dan negara yanbg merdeka, masa kini berarti bangsa dan negara yang bebas dalam menyumbang, dan berdiri sama tinggi, sama rendah dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Menurut Rektor Unpar bahwa Bung Karno memaknai kemerdekaan sebagai bebas dari rasa takut, termasuk takut menggunakan hati nurani dalam menjalani hidup, takut mengatakan mana yang benar dan mana yang sudah menurut pendapat pribadi kita masing-masing, proses diskusi guna merangkum pendapat yang berbeda-beda, memang seharusnya diungkapkan dengan cara yang berbudaya bukan dengan kekerasan atau pemaksaan supaya dapat mecapai kesepakatan pendapat. Rasa takut atau rasa tidak bebas dalam menyatakan pendapat akan menyebabkan proses diskusi dalam mencapai kesepakatan mana yang benar dan mana yang salah menjadi terhenti. Akibatnya langsung terasa adalah tiadanya kesatuan dan persatuan yang apabila dibiarkan semakin lama akan makin menggerogoti kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Kesatuan dan persatuan yang dicita-citakan oleh pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia, mari kita merenung sejenak, sebesar apa cinta kita pada bangsa dan tanah air Indonesia. Apakah perbuatan yang kita lakukan sehari-hari guna membuat cinta itu menjadi nyata, yang kita lakukan setiap hari supaya cinta kepada bangsa dan Negara Indonesia tidak merupakan sesuatu yang abstrak lagi.
Cinta harus diwujudkan dengan perbuatan jangan hanya diungkapkan dengan kata-kata, maka mari kita mengungkapkan rasa cinta kepada bangsa dan tanah air Indonesia dalam hidup keseharian kita dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab kita sehari-hari dengan dipandu Sesanti yang ditetapkan oleh para pendiri Unpar Bakuning Hyang Nrih Guna Santyaya Bhakti, Berdasarkan Ketuhanan Menuntut Ilmu Untuk Dibaktikan Kepada Masyarakat, bukan kepada diri kita sendiri.
Maka kepada para pimpinan dan seluruh warga Universitas Katolik Parahyangan Rektor Unpar menyerukan, mari kita membina dan memelihara suasana Akademi Kampus Unpar agar terus meningkat lebih baik dan lebih baik lagi, para dosen dapat terus meningkatkan ilmunya agar mutu ilmu yang akan disalurkannya kepada para mahasiswa pun terus meningkat sesuai dengan tuntutan zaman. Para mahasiswa harus gebyar dengan giat dan sungguh-sungguh agar kelak dapat sukses dimasyarakat bukan hanya sebagai pencari pekerjaan bagi dirinya akan tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja yang dapat menghidupi banyak sesama.
Pada kesempatan tersebut Rektor Unpar memberikan penghargaan khusus bagi LKM Unpar 2010-2011 atas prakarsanya membuat MONUMEN CINTA KAMPUS yang diresmikan pada tanggal 17 Februari 2011 yang lalu. Sebagai bentuk wujud nyata mereka menunjukkan cintanya kepada UNPAR, almaaternya dengan mengingat baik-baik pesan dari para pendiri Unpar yaitu untuk "tidak mabuk perkembangan". Penghargaan juga diberikan kepada karyawan dan mahasiswa/i UNPAR yang berprestasi diantaranya adalah Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UNPAR, Serta Tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala UNPAR (ISSEMU) yang menorehkan prestasi menjadi Seven Summiter pertama di Indonesia. Edwandi
0 komentar:
Post a Comment