KBB, indonesia-indonesia.com - Usaha meningkatkan harga jual kopi di Jawa Barat bisa ditempuh melalui tangan eksportir. Hal tersebut berkaca pada harga kopi di daerah lain yang terbantu berkat eksportir.
Untuk mendongkrak nilai jual kopi Jawa Barat harus punya eksportir seperti daerah lain, " kata Deni Sopari petani kopi sekaligus pemilik brand kopi Bursel ini di acara festival kopi di Kota Baru, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Sabtu (7/7/2018).
Disebutkan Deni saat ini nilai jual kopi cukup tinggi untuk ekspor, namun jalur tersebut masih didominasi oleh eksportir dari luar Jawa Barat. " Untuk ekspor kopi selama ini masih didominasi ekportir dari Medan, Surabaya dan Semarang," ungkapnya.
Deni berharap kedepan ada eksportir dari Jawa Barat agar kopi Jabar nilai jualnya meningkat. Kedepan harus ada eksportir besar dari Jawa Barat biar harga bagus. Dan soal brand juga nantinya tidak jadi masalah , kita kopi terbaik tapi diekspor dari tempat lain iya nggak kedengeran Jawa Baratnya, " tandas Deni.
Deni menanam kopi di kawasan hutan Perhutani KPH Bandung Utara. Tepatnya di kawasan Gunung Burangrang. Setiap tahun panen kopi Deni bersama kelompok tani hutan mencapai 40 ton dalam bentuk gelondong.
Sedangkan untuk hasil yang dikelolanya sendiri setiap tahunnya mencapai 5 ton kopi bentuk gelondong. Kopi Jabar dalam bentuk green bean juga banyak diminati. Hal tersebut diungkap Jajang, petani kopi asal KBB. " Dalam satu tahun itu kita keluarkan 1 ton green bean. Itu kita belum bisa memenuhi semua permintaan," kata Jajang.
Disamping ekspor, market kopi Jabar untuk domestik dijual ke Jakarta, Surabaya, Balikpapan dan Semarang.
Sementara itu dikatakan Kepala Sub Seksi SDH, Kelola Lingkungan dan Sosial Perhutani KPH Bandung Utara Handri Ismajana budidaya kopi merupakan kontribusi nyata Perhutani terhadap perekonomian masyarakat. " Gelombang besar penanaman kopi di Jawa Barat itu dimulai dari kawasan Perhutani. Ini bentuk nyata peran Perhutani untuk mensejahterkan masyarakat khususnya yang tinggal disekitar hutan, " tuturnya.
Disisi lain, penanaman kopi menurut Handri efektif menghilangkan penanaman tanaman sayuran dikasawan hutan. " Banyak masyarakat yang tadinya menanam holtikultura sekarang beralih ke kopi. Ini memperkuat aspek ekologi hutan, " kata Handri.
Guna meningkatkan nilai tambah lanjut Handri perlu dilakukan peningkatan SDH petani untuk pengolahan paska panen." Ini akan kita dorong bisa melalui LMDH untuk memberikan pelatihan paska panen. Misalnya pengolahan dari gelondong ke greenbeans biar ada nilai tambah buat petani, " pungkas Handri. (dd)
Untuk mendongkrak nilai jual kopi Jawa Barat harus punya eksportir seperti daerah lain, " kata Deni Sopari petani kopi sekaligus pemilik brand kopi Bursel ini di acara festival kopi di Kota Baru, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Sabtu (7/7/2018).
Disebutkan Deni saat ini nilai jual kopi cukup tinggi untuk ekspor, namun jalur tersebut masih didominasi oleh eksportir dari luar Jawa Barat. " Untuk ekspor kopi selama ini masih didominasi ekportir dari Medan, Surabaya dan Semarang," ungkapnya.
Deni berharap kedepan ada eksportir dari Jawa Barat agar kopi Jabar nilai jualnya meningkat. Kedepan harus ada eksportir besar dari Jawa Barat biar harga bagus. Dan soal brand juga nantinya tidak jadi masalah , kita kopi terbaik tapi diekspor dari tempat lain iya nggak kedengeran Jawa Baratnya, " tandas Deni.
Deni menanam kopi di kawasan hutan Perhutani KPH Bandung Utara. Tepatnya di kawasan Gunung Burangrang. Setiap tahun panen kopi Deni bersama kelompok tani hutan mencapai 40 ton dalam bentuk gelondong.
Sedangkan untuk hasil yang dikelolanya sendiri setiap tahunnya mencapai 5 ton kopi bentuk gelondong. Kopi Jabar dalam bentuk green bean juga banyak diminati. Hal tersebut diungkap Jajang, petani kopi asal KBB. " Dalam satu tahun itu kita keluarkan 1 ton green bean. Itu kita belum bisa memenuhi semua permintaan," kata Jajang.
Disamping ekspor, market kopi Jabar untuk domestik dijual ke Jakarta, Surabaya, Balikpapan dan Semarang.
Sementara itu dikatakan Kepala Sub Seksi SDH, Kelola Lingkungan dan Sosial Perhutani KPH Bandung Utara Handri Ismajana budidaya kopi merupakan kontribusi nyata Perhutani terhadap perekonomian masyarakat. " Gelombang besar penanaman kopi di Jawa Barat itu dimulai dari kawasan Perhutani. Ini bentuk nyata peran Perhutani untuk mensejahterkan masyarakat khususnya yang tinggal disekitar hutan, " tuturnya.
Disisi lain, penanaman kopi menurut Handri efektif menghilangkan penanaman tanaman sayuran dikasawan hutan. " Banyak masyarakat yang tadinya menanam holtikultura sekarang beralih ke kopi. Ini memperkuat aspek ekologi hutan, " kata Handri.
Guna meningkatkan nilai tambah lanjut Handri perlu dilakukan peningkatan SDH petani untuk pengolahan paska panen." Ini akan kita dorong bisa melalui LMDH untuk memberikan pelatihan paska panen. Misalnya pengolahan dari gelondong ke greenbeans biar ada nilai tambah buat petani, " pungkas Handri. (dd)
0 komentar:
Post a Comment