Kepala Dinas Perdagangan Kota Padang , H. Endrizal, SE., MSi |
Kegiatan pelatihan pembinaan usaha perdagangan ikan kering dan ikan basah adalah intinya bagaimana pengembangan kawasan ikan kering. Jadi pengembangan itu diproduksi sampai ke pemasaran, yakni bagaimana cara higienisnya ikan itu dari BBPOM (balai besar pengawasan obat dan makanan), kemudian dia melihat bagaimana proses cara membuatnya apakah sesuai dengan standar atau tidak? Itu dari perikanan Kota Padang dan Provinsi Sumatera Barat. Terus saya termasuk bagaimana pemasaran tadi. Sesudah itu bagaimana mereka tahu dengan uang palsu atau tidak palsu. Sehingga diharapkan target itu tercapai. Untuk pelaksanaan Kegiatan yakni Kamis-Jumat (4-5/4/2019) yaitu ikan kering. Sedangkan Sabtu-Minggu (6-7/4/2019) yaitu ikan basah.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Perdagangan Kota Padang H. Endrizal, SE., MSi., saat diwawancarai Indonesia-Indonesia.com diruangan kerjanya Disperindag Kota Padang. Wawancara tersebut terkait kegiatan Disperindag Kota Padang yang berlangsung dari 4, 5, 6 dan 7 April 2019 di Hotel Axana Padang yang berjudul pelatihan pembinaan usaha perdagangan ikan kering dan ikan basah. Menurut Endrizal, dia (pedagang ikan kering-red) akan produksi bagaimana supaya lalat tidak ada, dia juga akan produksi bagaimana supaya ikan teri (bada) bisa dapat olehnya." Dihadiri sebanyak 60 orang pedagang ikan kering dan 100 orang pedagang ikan basah. Kegiatan Kamis-Jumat (4-5 April) ini, Mereka yang mengikuti pelatihan khusus pedagang ikan kering Pasir Nan Tigo saja yakni Fokir Dharma Putra. Adapun prospek kedepan, pemasaran bagaimana dia mendapatkan ikan. Apakah higienis atau tidak. Bagaimana proses transaksi apa dia tahu uang palsu atau tidak palsu. Mudah-mudahan tercapai tujuan. "Kalau fokir ini kan suara di masyarakat sesuai kebutuhan," katanya. Kalau khusus ikan basah, kata Endrizal, itu kawasannya ada. Jadi seragam kalau dia jualan disitu dan bagus tampilannya. Terus apa ikan yang dijual aman secara kesehatan. Ketika ditanyakan masalah harga kebutuhan bahan pokok menjelang bulan puasa, Endrizal menyatakan, masih stabil, walaupun ada gejolak naik sedikit. Pokoknya untuk kebutuhan lebaran posisi aman, bahkan malah ada yang turun. "Jangan dibilang harga turun itu rancak. Seandainya harga cabe di Pasar Raya itu harganya dibawah Rp 15 ribu, petani rugi, dengan terpaksa petani menjual. Petani yang untung itu, harga diatas Rp 30 ribu. Harga itu sederhana saja Rp 35 ribu. Petani tidak bermasalah, pembeli pun tidak keberatan, tapi kalau dibawah Rp 15 ribu, pembeli senang, si petani menjerit. Maka dari itu harus ada keseimbangan," ungkapnya. Terkait harga gas 3 kg yang makin naik, Endrizal menjelaskan bahwa gas 3 kg secara nasional digunakan untuk UMKM, bukan untuk orang miskin, itu bedanya, tapi ada orang-orang 'membonceng' diluar UMKM. Kios-kios yang agak besar ikut membeli juga. Kalau kartu dari raskin maka dari itu aman. Sebab ga ada kartu maka orang bebas membeli. "Jadi harga yang Rp 17 ribu berada di pangkalan/pengecer. Nah, pangkalan itulah harganya Rp 17 ribu. Sesudah itu pangkalan ini diturunkan lagi ke bawah ke pengecer, akibatnya bertambah harganya. Kalau survei bagi saya tidak diperlukan, tapi nanti saat pembuktian dalam bentuk BB (barang bukti), baru ambo tindak tegas," tandasnya. Masih menurut Endrizal, perdagangan secara khusus itu berada di Pertamina. Sedangkan pedagang secara umum di Kota Padang ada di Saya (Disperindag-Red), tapi secara bersama-sama menyelesaikan, tapi secara khusus Pertamina yang menyelesaikan. "Kalau bisa minta tolong ambo data yang akurat," pintanya kepada wartawan.
@Yefriando
0 komentar:
Post a Comment